Kamis, 05 Februari 2009

VALENTINE DAY'S, BAGAIMANA SIKAP KITA ?

Valentine Day's, atau kita menterjemahkan sebagai "Hari Kasih Sayang" untuk sebagaian orang menjadi sebuah dilema. Dilematis, karena keagungan sejarahnya sering disalahpahami secara sempit sebagai hari di mana dua insan berlainan jenis dengan gelora asmaranya (bahkan yang sering birahi) mengungkapkan cintanya. Bukan kasih sayang yang suci dan agung, melainkan "birahi kebinatangan" yang dikemas mengatasnamakan kasih sayang, yang pada akhirnya bukan semakin saling mengasihi antar sesama yang terwujud, tetapi legalitas pribadi untuk mengumbar nafsu sex !!!
Untuk sebagian pihak yang secara cerdas dan beradab memang memanfaatkan momen ini sebagai perbaikan atau peningkatan hubungan kasih sayang yang hakiki. Yang demikian tentu saja positif walaupun untuk saling menyayangi dan mengasihi tidak perlu menunggu datangnya momen-momen tertentu, apalagi Valentine Day's. Positif, karena sebagai sesama makhluk Tuhan dengan segala kesempurnaan rasa, keindahan rupa, keluhuran karsa, dan keunggulan cipta, kita memang sangat dianjurkan untuk saling mengasihi dan saling menyayangi. Karena menyayangi ciptaan Tuhan berarti juga manyayangi Tuhan sebagai Sang Penciptanya yang selanjutnya selalu menyadarkan kita untuk terus mensyukuri apa yang telah dikaruniakan-Nya. Apalagi antara pria dan wanita yang memang diciptakan untuk saling mengasihi, menyayangi, melindungi, dan melengkapi. Sampai-sampai sering diingatkan bahwa wanita berasal dari patahan tulang rusuk pria. Perumpamaan ini mengkodratkan bahwa pria dan wanita memang saling membutuhkan agar menjadi manusia yang utuh. Dan ini menjadi alasan yang tepat bagi para pria dan wanita (khususnya remaja) untuk bercinta sebagai benih kasih sayang. Dan celakanya dalih itulah yang menjadi tameng mereka untuk mengumbar birahi dibalik topeng bernama "Cinta dan Kasih Sayang", berzinah dengan segala kadarnya di dalam selimut pengorbanan "Cinta dan Kasih Sayang". Lalu bagaimana sikap kita ?
Sebagian orang yang sangat terganggu kalau dikatakan "kurang gaul" walau tak paham benar hakikat semangat "Valentine Day's" pasti menganggap penting untuk merayakannya bahkan mengagungkannya. Kita tidak bisa menyalahkan. Kita maklum dengan ketidakpahaman dan keminderan mereka. Apalagi dunia hiburan yang setiap detik meneror kita lewat pusat-pusat perbelanjaan dan televisi senantiasa secara kasat mata, mengkondisikan ke arah sana. Sudah ada bibit diberi pupuk pula. Suburlah sehingga seolah-olah menjadi budaya. Kasih sayang memang wajib kita berikan kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan, tetapi mengapakah harus Valentine Day's yang sangat rentan kepada perzinahan yang harus menjadi tonggak sejarahnya ? Mengapa bukan "Hari Ibu" yang jelas-jelas bahwa kasih sayang sejati adalah kasih sayang seorang ibu. Mengapa bukan kasih sayang seorang anak kepada ibunya yang layak kita tunjukkan di "Hari Ibu" sebagai balasan kasih sayang ibu kepada kita sebagai anaknya ? Bukankah Nabi Muhammad S.A.W sebagai manusia pilihan saja menjawab tiga kali pertanyaan tentang siapa yang harus kita hormati, hanya dengan satu jawaban yang sama yaitu "Ibu". Mengapa bukan itu saja misalnya ? Bukankah pasti tidak rawan pada tindak perzinahan terutama di kalangan remaja ? Jawabnya ada di tangan Anda.
Pelihara, pupuk, tumbuhkembangkan, dan tingkatkanlah selalu kasih sayang kita. Bukan hanya kepada lawan jenis, juga untuk semua manusia dan semua makhluk ciptaan-Nya. Sejak saat ini juga. Tak perlu Valentine Day's dan yang sejenisnya. Tetap Semangat ! [We-eS]

2 komentar:

Anonim mengatakan...

He eh

zetiawan mengatakan...

pa woro pa kabar ......... aku budi setiawan aku kelas I.2 (wk. Ibu juariyah - bhs. indonesia) II.2 (bp. Khoirudin-seni rupa)dan III.7 (Bp. Manan S. mtk) alumni smpn 254 tahun 1993 ..... bapak masih ngajar fisika ? aku ingat loh dulu waktu bapak masih ngajar kelas I n II bapak pernah kasih ulangan harian ternyata soalnya sama persis wat ulangan semesteran ..... jadi nilai ku 9 ...... aku mo cari alumni teman-temanku tau' infonya ga ........ b_zetiawan@yahoo.co.id

Posting Komentar

PRIMBON JAWA