Rabu, 14 April 2010

TERNYATA AKU LUPA MEMBUKA JENDELA

Empat puluh tahun lebih, ternyata aku telah lupa membuka jendela. Pandanganku hanya seputar dan sebatas luas dinding kamarku. Senangngya aku, hanya berbagi dengan diding kamarku. Dukanya aku, hanya seduka dinding kamarku. Jauhnya pandang mataku, hanya membentur persegi empat dinding kamarku. Padahal ternyata, setelah kubuka jendela dengan susah payah, oh...alangkah luas dunia ini. Setelah kubuka satu-satu jendela kamarku, ternyata, oh...sungguh kaya dunia ini. Aneka warnanya bukan hitam putih bunga-bunga jiwaku. Aku sertamerta kaget. Kupikir dia putih, ternyata abu-abu. Bahkan acapkali menjadi hitam. Kupikir dia hitam, ternyata juga aneka warna yang tiba-tiba saja cepat berganti hanya seukuran kedip mata.

Aku tak tahu, salahkah ketertutupan jendelaku selama lebih dari empat puluh tahun. Mungkin karena bodohku. Mungkin karena kebersahajaan pikiranku. Mungkin juga karena kelurusan jalanku yang membuatkan terlambat insaf bahwa di depan sana bisa saja muncul tikungan, tanjakan, turunan, bahkan gelombang yang tak tertebak geraknya. Yang pasti, betapa terkejut aku tatkala kusadar bahwa di luar, melalui bingkai jendela yang terbuka lebar, tampaklah aneka cakrawala dengan dengan bermacam bentuk dan rupa, warna dan nuansa.

Mungkin aku terlambat. Tetapi aku harus yakin masih memiliki waktu untuk tidak sekadar memandang dari balik jendela yang ternyata telah sangat lama lupa kubuka. Tetapi tentu saja, hitam-putihku harus tetap kujaga. Semoga Allah tetap memberiku kuasa untuk tidak ternoda oleh warna-warna lain yang bisa saja merusak harmoni jiwa. Yang penting kewaspadaanku tak bosan mengawal untuk menikmati luasnnya pandangan dari jendela yang memang harus kubuka.

2 komentar:

Sri Santoso mengatakan...

terlalu

Anonim mengatakan...

blog walking..

Posting Komentar

PRIMBON JAWA